Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cara Memelihara Karyawan untuk Meningkatkan Kinerja


          Menjadi seorang pemimpin bisnis atau perusahaan memang tidak mudah. Pemimpin harus mampu bersikap netral dalam mengendalikan perusahaan termasuk dalam membuat keputusan. Selain itu, sebagaCEO perusahaan juga harus mampu menyeimbangkan kemampuan pekerja dengan menyesuaikan permintaan konsumen.
Dengan begitu, pemimpin juga harus mampu menjaga semangat kerja yang tinggi dan meningkatkan kinerja kepada seluruh karyawan agar hasil kerja selalu menghasilkan yang terbaik untuk kemajuan bisnis atau perusahaan.
Lalu bagaimana caranya? Berikut ini ada tiga cara cerdas yang bisa Anda lakukan sebagai pendiri atau pemimpin untuk meningkatkan kinerja karyawan:

1. Berikan Kebebasan dalam Menuangkan Kreativitas
Saat bekerja, jangan buat karyawan bekerja dengan cara yang monoton, apalagi terlalu mengekang karyawan dalam bekerja. Cara ini tentu akan membuat karyawan cepat merasa bosan, sehingga bisa memperburuk kinerja dan akhirnya hasil yang diberikan tidak sesuai dengan harapan.
2. Terbuka Kepada Karyawan
Sebelum karyawan diberikan deretan tugas yang harus diselesaikan, ada baiknya menjelaskan terlebih dahulu apa saja yang harus dicapai oleh perusahaan mulai dari visi, program kerja dan sebagainya. Jika perlu, tak ada salahnya juga perusahaan mengadakan sebuah pelatihan kepada seluruh karyawan.
3. Berikan Kebahagiaan Karyawan
Harus diakui, bahwa zaman sekarang sangat sulit untuk menemukan pekerja yang setia kepada perusahaan. Banyak pekerja yang menjadikan sebuah perusahaan sebagai batu loncatan saja dimana mereka hanya bersedia bekerja dalam waktu yang singkat karena hanya memerlukan status pengalaman bekerja saja, kemudian mencari pekerjaan lain yang jauh lebih baik mulai dari gaji tinggi hingga banyaknya fasilitas menarik.

Menjadi Atasan Tetap Harus Peduli Bawahan
Saat menjadi seorang atasan, itu berarti Anda memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap perusahaan dan karyawannya. Jadilah atasan yang disukai oleh pekerja sehingga Anda bisa menjadi alasan mereka tetap setia kepada perusahaan Anda. Biarkan mereka mengeksplor kemampuan dan pengetahuan mereka. Ciptakanlah suasana bekerja yang membuat karyawan nyaman sehingga mereka merasa bahagia setiap hari. Kebahagiaan inilah yang bisa membuat mereka semakin hari semakin kreatif.

https://www.cermati.com/artikel/3-cara-cerdas-meningkatkan-kinerja-karyawan 11 januari 2019 pukul 16.50 wib



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KOMPENSASI

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:118) menyatakan bahwa : “Semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.

Menurut Garry Dessler alih bahasa Benyamin Molan (2010:46)  menyatakan bahwa: “Kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbul dari diperkerjannya karyawan itu.

Sementara itu menurut Marihot Tua E.H. dalam (Sunyoto, 2012) mendefinisikan kompensasi adalah: 
“Keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif dan tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti dan lain-lain”.

Menurut Flippo yang dikutip Handoko (2012:56), kompensasi dibagi menjadi:
  1. Kompensasi Langsung (Direct Compensation)
    Kompensasi langsung merupakan kompensasi yang diterima oleh karyawan yang mempunyai hubungan langsung dengan pekerjaan, yang biasanya diterima oleh karyawan dalam bentuk gaji, upah, insentif, bonus.
  2. Kompensasi tidak langsung (Indirect Compensation)Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi yang diterima oleh karyawan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pekerjaan, tetapi lebih menekankan kepada pembentukan kondisi kerja yang baik untuk menyelesaikan pekerjaannya, contohnya:

    A. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja (istirahat on the job, hari-hari sakit, liburan dan cuti, alasan-alasan lain kehamilan, kecelakaan, wamil, dll),
    B. Pembayaran terhadap bahaya (Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan, dan Asuransi Kecelakaan),
    C. Program Pelayanan Karyawan (Program rekreasi, Cafetaria, Beasiswa pendidikan, Fasilitas pembelian, Aneka ragam pelayanan lain, seperti pemberian pakaian seragam, transportasi.)
    D. Pembayaran yang dituntut oleh hukum (Legally required payment) masyarakat, melalui pemerintahannya telah memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari pengeluaran perusahaan akan ditujukan melindungi karyawan terhadap bahaya-bahaya hidup yang utama.

Contohnya perusahaan otomotif Honda yang membuka lowongan pekerjaa sebagai Supervisor Marketing, yang bertanggung jawab terhadap target perusahaan sesuai yang ditentukan, melaksanakan, memonitor dan mensupervisi strategi kerja dilaksanakan dg baik & benar oleh Dealer, melaksanakan coaching, counseling dan memotivasi Dealer, untuk tujuan pencapaian target kerja, melakukan Dealer Visit ke Kepala Cabang.


Perusahaan memberikan kompensasi langsung berupa:
1. Gaji pokok
2. THR
3. Insentif
4. Bonus

Sedangkan perusahaan juga memberikan kompensasi tidak langsung seperti:
1. Tunjangan meal
2. Tunjangan transport
3. BPJS Kesehatan
4. BPJS Ketenagakerjaan
5. Kesempatan berlibur ke luar negeri

Sumber:
repository.unpas.ac.id/12670/4/BAB%202.docx
http://asper-honda.com/lowongan/supervisor-area-marketing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Untuk Lolos Tes Asisten di Kampus

Berdasarkan tugas Surat Lamaran Asisten yang saya tulis ditugas sebelumnya, ditulisan ini saya akan melanjutkan tugas mengenai cara dan tips wawancara agar dapat lolos menjadi asisten di kampus.

Lamaran yang saya buat adalah lamaran untuk menjadi asisten di kampus dibawah ini akan saya jelaskan secara menyeluruh apa saja tips yang harus diri kita persiapakan untuk lulus tes wawancara:

  1. Mempersiapkan Diri
    Membuat daftar pertanyaan dan jawaban yang umum menurut anda (bayangkan diri kita berada dalam ruang lingkup organisasi tersebut)
  2. Memperlihatkan Point Plus
    Mempersiapkan sebanyak mungkin point plus yang menjelaskan mengapa anda wajib diterima.
  3. Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin
    Berikan jawaban yang tegas, tidak bertele-tele, dan tidak berlebihan saat ditanya oleh pewawancara
  4. Kenali Organisasi
    Kenali dan pahami seluk beluk organisasi tempat kita melamar
  5. Berfikir Positif
    Pewawancara dapat secara sengaja memberikan pertanyaan yang bersifat negatif dilingkungan tempat organisasi, maka kita harus tetap memberikan jawaban yang positif
  6. Berdoalah Sebelum Memulai Wawancara

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERSAINGAN TENAGA KERJA LOKAL DAN TENAGA KERJA ASING

     Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei di Indonesia diwarnai dengan sikap sebagian elemen buruh yang menolak Peraturan Presiden No. 20/2018 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 26 Maret 2018 lalu.

    Menurut versi pemerintah, peraturan presiden ini untuk mengatur penggunaan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia dalam rangka melindungi kepentingan tenaga kerja dalam negeri, namun serikat buruh menganggap peraturan presiden ini justru merugikan tenaga kerja lokal.
     Pasal yang dianggap merugikan tenaga kerja lokal adalah pasal 10 ayat (1) huruf a yang menyatakan pemegang saham yang menjabat sebagai direksi atau komisaris tidak diwajibkan memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing atau RPTKA.
   Pasal ini berlawanan dengan UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang mewajibkan semua pekerja apa pun levelnya jika merupakan tenaga kerja asing wajib memiliki RPTKA. Selain itu, Pasal 10 ayat (1) huruf c menyatakan bahwa pemberi kerja kepada TKA tidak wajib memiliki RPTKA pada jenis pekerjaan yang dibutuhkan pemerintah.
   Ayat ini tampaknya merupakan dasar hukum bagi penggunaan TKA dalam pembangunan infrastruktur dan proyek pemerintah yang terkait dan utang luar negeri dan investasi dari Tiongkok. Ayat ini juga jelas menunjukkan bahwa penggunaan TKA pada level apa pun diperbolehkan selama digunakan untuk pekerjaan yang dibutuhkan pemerintah.
  Fakta maraknya penggunaan TKA di Indonesia merupakan hal yang memprihatinkan. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia belum teratasi dengan baik. Angka pengangguran terbuka di Indonesia per Agustus 2017 sebanyak 7,04 juta orang. Angka ini menunjukkan ada peningkatan jumlah penganggur dibanding jumlah penganggur pada Februari 2017 yang sebanyak 7,01 juta orang. Peningkatan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia disebabkan kenaikan jumlah angkatan kerja baru yang masuk ke lapangan kerja.
     Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tambahan jumlah angkatan kerja baru per tahun diperkirakan tiga juta orang. Profil pengangguran di Indonesia dari sisi pendidikan ternyata didominasi lulusan sekolah menengah kejuruan atau SMK.
     Kemudahan bagi TKA untuk masuk ke Indonesia bisa menyebabkan angkatan kerja baru semakin kesulitan mendapatkan pekerjaan baru yang layak atau pekerjaan di sektor formal.
Mobilisasi Kebablasan
     Kita menyadari saat ini aktivitas ekonomi melintasi batas-batas negara sehingga proses produksi bisa terjadi di beberapa negara atau lazim disebut sebagai joint manufacturing.
     Globalisasi bisnis memang menyebabkan lalu lintas faktor produksi, baik modal maupun tenaga kerja, terjadi lintas negara. Pada masa lalu, saat Amerika Serikat dan Eropa serta Jepang menjadi negara industri utama di dunia, perusahaan multinasional dari negara-negara tersebut memperluas operasional bisnis mereka sampai ke berbagai belahan dunia.
      Indonesia pada dekade 1980-an merupakan primadona bagi perusahaan multinasional untuk membuka bisnis dan pabrik. Pada masa itu TKA juga mulai masuk ke Indonesia atau biasanya disebut pekerja ekspatriat.
      Karakteristik TKA dari perusahaan multinasional Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang adalah menduduki posisi middle atau top manager yang biasanya bagian dari core business perusahaan mereka. Pada masa Orde Baru, utang luar negeri atau hibah dari lembaga donor internasional juga mewajibkan pengunaan TKA sebagai konsultan. Pada masa itu sebenarnya juga sudah mulai ada keluhan dari pekerja lokal yang merasa beberapa pekerjaan manajer maupun konsultan untuk proyek pemerintah sebenarnya bisa dikerjakan oleh tenaga kerja lokal dengan lebih baik.
      Selain itu, jargon transfer teknologi yang diharapkan terjadi dari proses penanaman modal asing maupun bantuan hibah seharusnya diwujudkan dengan pelatihan pekerja lokal oleh perusahaan multinasional untuk menggantikan posisi manajemen.
      Pada akhir Orde Baru, pemerintah mulai mengurangi konsultan asing untuk proyek-proyek yang didanai utang luar negeri dan lembaga donor. Ini menunjukkan kemampuan pemerintah bernegosiasi yang meningkatkan posisi tawar pekerja lokal. Pada saat perekonomian global mulai berubah oleh peningkatan kinerja ekonomi Tiongkok dengan kemampuan mereka membangun jaringan industri global dan penurunan kinerja ekonomi Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang akibat krisis ekonomi global 2008-2009 maka peta industri global berubah.
       Investasi Tiongkok sebagai bagian dari jaringan bisnis global mulai mencakup seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penduduk Tiongkok yang sangat banyak tentu berimplikasi pada jumlah angkatan kerja mereka yang membutuhkan pekerjaan di sektor formal.
       Pada Februari 2018 angka pengangguran di Tiongkok mencapai 3,8%. Angka ini memang rendah, namun jika dihitung dengan jumlah penduduk negeri itu maka 3,8% sama dengan 9,7 juta orang pengangguran. Beberapa pengamat menyatakan angka tersebut lebih didominasi oleh pekerja di perkotaan, sementara pengangguran di kawasan perdesaaan di Tiongkok belum tercatat dengan baik.
      Janji pemerintah Tiongkok untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi jutaan penganggur maupun 8,2 juta angkatan kerja baru per tahun bukan hal yang mudah. Implikasinya adalah setiap investasi yang dilakukan Tiongkok mewajibkan perusahaan membawa pekerja dari Tiongkok sebagai pekerja di perusahaan yang membuka bisnis di negara lain.
      Di Indonesia hal ini dimulai pada pertengahan 2010 dengan masuknya Petro China ke Indonesia yang mengeksplorasi minyak dan gas. Pada masa itu para pekerja kasar dari Tiongkok bekerja di lokasi eksplorasi minyak dan gas di kawasan Indonesia Timur dan mulai diprotes oleh pekerja lokal.
Risiko Ekonomi
          Persaingan dengan antara pekerja lokal dan pekerja asing memang tidak bisa dihindari dalam kondisi perekonomian yang terbuka seperti saat ini, namun mobilisasi tenaga kerja antarnegara yang terjadi saat ini sudah kebablasan dan bisa mengancam perekonomian nasional.
         TKA yang bekerja di Indonesia tidak dibatasi hanya para profesional, melainkan juga buruh tidak terampil (unskilled labor) yang merupakan bagian dari masalah pengangguran di negara lain. Jika mereka bekerja di proyek infrastruktur pemerintah, bagaimana menjamin kualitas proyek tersebut karena dikerjakan oleh TKA yang diragukan keahliannya. Jargon transfer teknologi tidak akan terjadi karena tidak  ada pelatihan bagi pekerja lokal.
           Program pemerintah untuk membangun infrastruktur adalah program ekonomi yang tepat karena dalam jangka panjang menguntungkan bagi perekonomian nasional, namun program ini bisa memberikan efek negatif dari sisi ketenagakerjaa karena penggunaan TKA yang sembarangan.
          Masalah ketenagkerjaan di Indonesia mulai dari kesejahteraan buruh, ketrampilan dan etos kerja, serta terbatasnya lapangan kerja bisa semakin memburuk karena masuknya TKA tanpa tujuan strategis.
         Kebijakan ekonomi memang selalu diwarnai dengan trade off, yaitu kita mendapatkan sesuatu tetapi bisa jadi harus kehilangan hal lain. Dalam hal ini pemerintah bisa membangun infrastruktur tetapi dengan mengorbankan masalah ketenagkerjaan.
         Tampaknya pemerintah Jokowi-JK dalam masalah ini tidak bisa memprioritaskan mana yang penting karena masalah ketenagakerjaan jelas bukan masalah yang sepele. Solusi yang seharusnya diambil adalah menghentikan kebijakan mempermudah masuknya TKA yang tergolong tenaga kerja tidak terampil, mengevaluasi perjanjian investasi dan utang luar negeri yang merugikan,  dan secara detail mengevaluasi kebijakan pembangunan infrastruktur yang mulai kehilangan kendali.

1. Cara Kita Mempersiapkan Diri Sebagai Tenaga Kerja Lokal Dalam Persaiangan Terhadap Tenaga Kerja Asing
        Dalam era globalisasi saat ini akan semakin banyak persaingan dalam dunia tenaga kerja. Saat ini persaingan dalam dunia kerja tidak hanya dalam lingkup tenaga kerja lokal, tetapi ada pula tenaga kerja asing. Maka dari itu kita harus mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di era globalisasi ini. Adapun yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
  1. meningkatan sumber daya manusia (SDM) para pekerja lokal
  2. Tenaga kerja lokal harus meningkatkan hardskill berserta softskill agar mampu meghadapi persaingan
  3. Pemerintah harus menyiapkan peraturan daerah tentang mekanisme penggunaan TKA
  4. Tenaga kerja yang bukan hanya terampil tapi punya karakter yang baik dalam bekerja
  5. Tenaga kerja lokal juga harus memiliki mental dan prinsip yang kuat agar tidak mudah goyah dalam menghadapi persaingan.
Sumber : http://news.solopos.com/read/20180507/525/913824/pekerja-lokal-dan-tenaga-kerja-asing

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahasa Inggris Bisnis : Task 3



Group members are :
Novia Syafitri as Owner
Ariva Puspa P as Financial Manager
Zamzam Mustika M as Marketing Manager
Putra Johan Andreas as Executive Chef
Rezky Puteri S as Supervisor



We plan to build a bakery which sells bread and cakes. We have a target market which is college student or schoolchild so the price is quite affordable. Currently, we only open two branches in Depok City and Bogor City. Because of our target market are college students and schoolchild, so we open stores around schools and collegesThe price that we sell is affordablenot only students or students but also adults will be interested to buy itWe will open branches in each city in Indonesia.

I am an owner in this shop. My job can run the gamut from hiring staff to arranging financing. Specific activities will vary according to the business’ category, size and industry. My daily duties might include reviewing sales reports and financials, and comparing them to goals set out in short- and long-term plans. I can direct activities of sales or production employees to better meet the objectives. In general, my duties are responsible for the growth, stability, direction and daily operation of the business.

I must create a business plan that includes a description of the product or service, how to finance the business (loans, investors), deadlines for the business and the overall goal. A business plan is usually the first task when launching a small business, followed by marketing plans, production plans, sales forecasts and budgeting plans. Some business owners create sales plans each month, marketing plans each quarter and overall business plans each year.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bahasa Inggris Bisnis 2 task-2 Interview


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Softskill Bahasa Inggris Bisnis 2 First Task due on 17tn March 2018




Who Is Warren Buffett?

Born in Nebraska in 1930, Warren Buffett demonstrated keen business abilities at a young age. He formed Buffett Partnership Ltd. in 1956, and by 1965 he had assumed control of Berkshire Hathaway. Overseeing the growth of a conglomerate with holdings in the media, insurance, energy and food and beverage industries, Buffett became one of the world's richest men and a celebrated philanthropist.

Early Life

Businessman and investor. Born Warren Edward Buffett on August 30, 1930, in Omaha, Nebraska. Buffett's father, Howard, worked as stockbroker and served as a U.S. congressman. His mother, Leila Stahl Buffett, was a homemaker. Buffett was the second of three children and the only boy.
Buffett demonstrated a knack for financial and business matters early in his childhood. Friends and acquaintances have said the young boy was a mathematical prodigy who could add large columns of numbers in his head, a talent he occasionally demonstrated in his later years.
Warren often visited his father's stockbrokerage shop as a child, and chalked in the stock prices on the blackboard in the office. At 11 years old he made his first investment, buying three shares of Cities Service Preferred at $38 per shareThe stock quickly dropped to only $27, but Buffett held on tenaciously until they reached $40. He sold his shares at a small profit, but regretted the decision when Cities Service shot up to nearly $200 a share. He later cited this experience as an early lesson in patience in investing.

First Entrepreneurial Venture

By the age of 13, Buffett was running his own businesses as a paperboy and selling his own horseracing tip sheet. That same year, he filed his first tax return, claiming his bike as a $35 tax deduction.
In 1942, Buffett's father was elected to the U.S. House of Representatives, and his family moved to Fredricksburg, Virginia, to be closer to the congressman's new post. Buffett attended Woodrow Wilson High School in Washington, D.C., where he continued plotting new ways to make money. During his high school tenure, he and a friend purchased a used pinball machine for $25. They installed it in a barbershop, and within a few months the profits enabled them to buy other machines. Buffett owned machines in three different locations before he sold the business for $1,200.

Higher Education and Early Career 

Buffett enrolled at the University of Pennsylvania at the age of 16 to study business. He stayed two years, moved to the University of Nebraska to finish up his degree, and emerged from college at age 20 with nearly $10,000 from his childhood businesses.
Influenced by Benjamin Graham's 1949 book, The Intelligent Investor, Buffett enrolled at Columbia Business School to study under the acclaimed economist and investor. After earning his master's degree in 1951, he sold securities for Buffett-Falk & Company for three years, then worked for his mentor for two years as an analyst at Graham-Newman Corp. 
In 1956, Buffet formed the firm Buffett Partnership Ltd. in his hometown of Omaha. Utilizing the techniques learned from Graham, he was successful in identifying undervauled companies and became a millionaire. One such enterprise Buffett valued was a textile company named Berkshire Hathaway. He began accumulating stock in the early 1960s, and by 1965 he had assumed control of the company.

Business Empire

Despite the success of Buffett Partnership, its founder dissolved the firm in 1969 to focus on the development of Berkshire Hathaway. He phased out its textile manufacturing division, instead expanding the company by buying assets in media (The Washington Post), insurance (GEICO) and oil (Exxon). Immensely successful, the "Oracle of Omaha" even managed to spin seemingly poor investments into gold, most notably with his purchase of scandal-plagued Salomon Brothers in 1987. 
Following Berkshire Hathaway's significant investment in Coca-Cola, Buffett became director of the company from 1989 until 2006. He has also served as director of Citigroup Global Markets Holdings, Graham Holdings Company and The Gillette Company.

Recent Activity and Philanthropy

In June 2006, Buffett made an announcement that he would be giving his entire fortune away to charity, committing 85 percent of it to the Bill and Melinda Gates Foundation. This donation became the largest act of charitable giving in United States history. In 2010, Buffett and Gates announced they had formed The Giving Pledge campaign to recruit more wealthy individuals for philanthropic causes. 
In 2012, Buffett disclosed that he had been diagnosed with prostate cancer. He began undergoing radiation treatment in July, and successfully completed his treatment in November. 
The health scare did little to slow the octogenarian, who annually ranks near the top of the Forbes world billionaires list. In February 2013, Buffett purchased H. J. Heinz with private equity group 3G Capital for $28 billion. Later additions to the Berkshire Hathaway stable included battery maker Duracell and Kraft Foods Group, which merged with Heinz in 2015 to form the third-largest food and beverage company in North America.
Warren Buffett at a Town Hall rally for Democratic presidential candidate Hillary Clinton at Sokol Auditorium on December 16, 2015 in Omaha, Nebraska. (Photo: Steve Pope/Getty Images)
In 2016, Buffett launched Drive2Vote, a website aimed at encouraging people in his Nebraska community to exercise their right to vote, as well as to assist in registering and driving voters to a polling location if they needed a ride. 
A vocal supporter of Democratic presidential nominee Hillary Clinton, whom he’d endorsed in 2015, Buffett also challenged the Republican nominee, Donald Trump, to meet and share their tax returns. "I will meet him in Omaha or Mar-a-Lago or, he can pick the place, anytime between now and election, he said at an August 1 rally in Omaha. "I'll bring my return, he'll bring his return. We're both under audit. And believe me, nobody's going to stop us from talking about what's on those returns." Trump did not accept the offer, and his refusal to share his returns ultimately did not prevent his election to the presidency in 2016. 
In May 2017, Buffett revealed that he had begun selling some of the approximately 81 million shares he owned in IBM stock, noting that he did not value the company as highly as he did six years earlier. Following another sale in the third quarter, his stake in the company dropped to about 37 million shares. On the flip side, he increased his investment in Apple by 3 percent, and became Bank of America's largest shareholder by exercising warrants for 700 million shares. Early the following year, he added more Apple shares to make it Berkshire Hathaway's largest common stock investment.

Healthcare Venture

On January 30, 2018, Berkshire Hathaway, JPMorgan Chase and Amazon delivered a joint press release in which they announced plans to team up and form a new healthcare company for their U.S. employees.
According to the release, the yet-to-be-named company will be "free from profit-making incentives and constraints" as it tries to find ways to cut costs and improve the overall process for patients, with an initial focus on technology solutions.
Calling the swelling costs of healthcare a "hungry tapeworm on the American economy," Buffett said, "We share the belief that putting our collective resources behind the country’s best talent can, in time, check the rise in health costs while concurrently enhancing patient satisfaction and outcomes."

Source:
https://www.biography.com/people/warren-buffett-9230729


1.    What tenses are used in the article? (show the proof)
Answer : this article used simple past continous tense
Proof    : At 11 years old he made his first investment, buying three shares of Cities Service Preferred at $38 per share.

2.     Restate one sentence in the article into gerund / to + infinitive
Answer : In June 2006, Buffett made an announcement that he would be giving his entire fortune away to charity, committing 85 percent of it to the Bill and Melinda Gates Foundation.
In June 2006, Buffett made an announcement that he would be giving his entire fortune away to charity, to commite 85 percent of it to the Bill and Melinda Gates Foundation.

3.    Show a use of personal pronouns or possessive pronouns or reflexive pronouns in the article.
Answer : House of Representatives, and his family moved to Fredricksburg, Virginia, to be closer to the congressman's new post.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS